tulisan 6 tugas soft skil
Cinta
dan Perkawinan
Memiliki kriteria pasangan itu
penting. Tapi jangan sampai Anda menjadi pemilih. Pasalnya, hal itu hanya akan
menyusahkan Anda mendapatkan jodoh.
Ya, memilih pasangan memang diharuskan. Namun saat Anda menjadi pemilih, justru
akan menjadi bomerang tersendiri. Berikut yang harus Anda perhatikan saat
melihat seseorang untuk dijadikan pasangan, seperti dilansir Idiva.
Materi
Kebanyakan wanita memilih pria yang lebih berhasil dari mereka. Tapi justru
yang didapat sebaliknya. Yang terpenting sebenarnya dia mampu memenuhi
kebutuhan dasar dan bisa bertanggung jawab.
Penampilan
Siapa yang tak suka dengan pria tampan. Ya, semua wanita tentu saja mendambakannya.
Tapi pria dengan tampilan menarik belum tentu punya sifat yang baik. Jadi
jangan melihat dari penampilan luar saja, tapi juga kepribadian.
Tidak bisa menyesuaikan
Mungkin saja, Anda takut dengan perbedaan. Namun, perlu diketahui bahwa setiap
manusia dilahirkan tidak sama. Jadi bersikaplah fleksibel untuk menerima apa
adanya.
Tips Memilih Pasangan Hidup Menurut
Islam
A. Kriteria Memilih Calon Istri
Dalam memilih calon istri, Islam
telah memberikan beberapa petunjuk di antaranya :
1. Hendaknya calon istri memiliki
dasar pendidikan agama dan berakhlak baik karena wanita yang mengerti agama
akan mengetahui tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu. Sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu
dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda : “Perempuan itu
dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya,
dan karena agamanya, lalu pilihlah
perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Dalam hadits di atas dapat kita
lihat, bagaimana beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menekankan pada sisi
agamanya dalam memilih istri dibanding dengan harta, keturunan, bahkan
kecantikan sekalipun.
Demikian pula Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman yg artunya :
“Dan janganlah kamu nikahi
wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang
Mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu … .” (QS. Al
Baqarah : 221)
Sehubungan dengan kriteria memilih
calon istri berdasarkan akhlaknya, Allah berfirman yg artinya :
“Wanita-wanita yang keji adalah
untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita
yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik,
dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula) … .” (QS.
An Nur : 26)
Seorang wanita yang memiliki ilmu
agama tentulah akan berusaha dengan ilmu tersebut agar menjadi wanita yang
shalihah dan taat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wanita yang shalihah akan
dipelihara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya yang artinya:
“Maka wanita-wanita yang shalihah
ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara dirinya, oleh karena itu Allah
memelihara mereka.” (QS. An Nisa’ : 34)
Sedang wanita shalihah bagi seorang
laki-laki adalah sebaik-baik perhiasan dunia.
“Dunia adalah perhiasan, dan
sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)
2. Hendaklah calon istri itu
penyayang dan banyak anak.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda :
Dari Anas bin Malik, Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : ” … kawinilah perempuan penyayang dan
banyak anak … .” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
Al Waduud berarti yang penyayang
atau dapat juga berarti penuh kecintaan, dengan dia mempunyai banyak sifat
kebaikan, sehingga membuat laki-laki berkeinginan untuk menikahinya.
Sedang Al Mar’atul Waluud adalah
perempuan yang banyak melahirkan anak. Dalam memilih wanita yang banyak
melahirkan anak ada dua hal yang perlu diketahui :
a. Kesehatan fisik dan
penyakit-penyakit yang menghalangi dari kehamilan. Untuk mengetahui hal itu
dapat meminta bantuan kepada para spesialis. Oleh karena itu seorang wanita
yang mempunyai kesehatan yang baik dan fisik yang kuat biasanya mampu
melahirkan banyak anak, disamping dapat memikul beban rumah tangga juga dapat
menunaikan kewajiban mendidik anak serta menjalankan tugas sebagai istri secara
sempurna.
b. Melihat keadaan ibunya dan
saudara-saudara perempuan yang telah menikah sekiranya mereka itu termasuk
wanita-wanita yang banyak melahirkan anak maka biasanya wanita itu pun akan
seperti itu.
3. Hendaknya memilih calon istri
yang masih gadis terutama bagi pemuda yang belum pernah nikah.
Hal ini dimaksudkan untuk mencapai
hikmah secara sempurna dan manfaat yang agung, di antara manfaat tersebut
adalah memelihara keluarga dari hal-hal yang akan menyusahkan kehidupannya,
menjerumuskan ke dalam berbagai perselisihan, dan menyebarkan polusi kesulitan
dan permusuhan. Pada waktu yang sama akan mengeratkan tali cinta kasih suami
istri. Sebab gadis itu akan memberikan sepenuh kehalusan dan kelembutannya kepada
lelaki yang pertama kali melindungi, menemui, dan mengenalinya. Lain halnya
dengan janda, kadangkala dari suami yang kedua ia tidak mendapatkan kelembutan
hati yang sesungguhnya karena adanya perbedaan yang besar antara akhlak suami
yang pertama dan suami yang kedua. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
menjelaskan sebagian hikmah menikahi seorang gadis :
Dari Jabir, dia berkata, saya telah
menikah maka kemudian saya mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan
bersabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Apakah kamu sudah menikah ?”
Jabir berkata, ya sudah. Bersabda Rasulullah : “Perawan atau janda?” Maka saya
menjawab, janda. Rasulullah bersabda : “Maka mengapa kamu tidak menikahi gadis
perawan, kamu bisa bermain dengannya dan dia bisa bermain denganmu.”
4. Mengutamakan orang jauh (dari
kekerabatan) dalam perkawinan.
Hal ini dimaksudkan untuk
keselamatan fisik anak keturunan dari penyakit-penyakit yang menular atau cacat
secara hereditas.
Sehingga anak tidak tumbuh besar
dalam keadaan lemah atau mewarisi cacat kedua orang tuanya dan
penyakit-penyakit nenek moyangnya.
Di samping itu juga untuk memperluas
pertalian kekeluargaan dan mempererat ikatan-ikatan sosial.
B. Kriteria Memilih Calon Suami
1. Islam.
Ini adalah kriteria yang sangat penting bagi seorang Muslimah dalam memilih
calon suami sebab dengan Islamlah satu-satunya jalan yang menjadikan kita
selamat dunia dan akhirat kelak.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala :
“ … dan janganlah kamu menikahkan
orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang Mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia
menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke Surga dan
ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS.
Al Baqarah : 221)
2. Berilmu dan Baik Akhlaknya.
Masa depan kehidupan suami-istri erat kaitannya dengan memilih suami, maka
Islam memberi anjuran agar memilih akhlak yang baik, shalih, dan taat beragama.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam bersabda :
“Apabila kamu sekalian didatangi
oleh seseorang yang Dien dan akhlaknya kamu ridhai maka kawinkanlah ia. Jika
kamu sekalian tidak melaksanakannya maka akan terjadi fitnah di muka bumi ini
dan tersebarlah kerusakan.” (HR. At Tirmidzi)
Islam memiliki pertimbangan dan
ukuran tersendiri dengan meletakkannya pada dasar takwa dan akhlak serta tidak
menjadikan kemiskinan sebagai celaan dan tidak menjadikan kekayaan sebagai
pujian. Sebagaimana firman Allah Ta’ala yg artinya :
“Dan kawinkanlah orang-orang yang
sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (nikah) dan hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka
miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nur : 32)
Laki-laki yang memilki keistimewaan
adalah laki-laki yang mempunyai ketakwaan dan keshalihan akhlak. Dia mengetahui
hukum-hukum Allah tentang bagaimana memperlakukan istri, berbuat baik
kepadanya, dan menjaga kehormatan dirinya serta agamanya, sehingga dengan
demikian ia akan dapat menjalankan kewajibannya secara sempurna di dalam
membina keluarga dan menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai suami, mendidik
anak-anak, menegakkan kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga
dengan tenaga dan nafkah.
Jika dia merasa ada kekurangan pada
diri si istri yang dia tidak sukai, maka dia segera mengingat sabda Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yaitu :
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu
berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Jangan membenci
seorang Mukmin (laki-laki) pada Mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu
kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai.” (HR. Muslim)
Sehubungan dengan memilih calon
suami untuk anak perempuan berdasarkan ketakwaannya, Al Hasan bin Ali
rahimahullah pernah berkata pada seorang laki-laki :
“Kawinkanlah puterimu dengan
laki-laki yang bertakwa sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan
memuliakannya, dan jika tidak menyukainya maka dia tidak akan mendzaliminya.”
Untuk dapat mengetahui agama dan akhlak calon suami, salah satunya mengamati
kehidupan si calon suami sehari-hari dengan cara bertanya kepada orang-orang dekatnya,
misalnya tetangga, sahabat, atau saudara dekatnya.
Hubungan dalam Perkawinan
Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage and relationship
educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam
kehidupan perkawinan. Hubungan dalam pernikahan bisa berkembang dalam tahapan
yang bisa diduga sebelumnya. Namun perubahan dari satu tahap ke tahap berikut
memang tidak terjadi secara mencolok dan tak memiliki patokan batas waktu yang
pasti. Bisa jadi antara pasangan suami-istri, yang satu dengan yang lain,
memiliki waktu berbeda saat menghadapi dan melalui tahapannya. Namun anda dan
pasangan dapat saling merasakannya.
Tahap pertama : Romantic Love.
Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu.
Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini
selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
Tahap kedua : Dissapointment or
Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap
saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha
menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan
yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak
dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan,
anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing.
Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak
tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di
tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya
Tahap ketiga : Knowledge and
Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada
tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan
ini juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan
pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini
biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada
pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi
perkawinan.
Tahap keempat: Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba
tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan
untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah
berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam
mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling
menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan
perkawinan yang nyaman dan tentram.
Tahap kelima: Real Love. “Anda
berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman,
kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis
ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah
digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri
semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real
love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan
untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa
adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat
pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk
kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari
ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup
yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah
perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan
banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta
terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi
yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat.
Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu
ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti
ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada
dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup
perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak
pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian.
Banyak
yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa
menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik
sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
Perceraian
dan Pernikahan Kembali
Kelanggengan hubungan dalam
pernikahan adalah keinginan setiap pasangan. Namun bagaimanakah jika pernikahan
itu tidak langgeng dan justru akan mengakibatkan perceraian?…Baiklah, dalam hal
ini bisa dikatakan perceraian itu tidak hanya terjadi begitu saja. Setiap
akibat pasti ada penyebabnya, tak mungkin ada asap tanpa api. Itulah sedikit
ungkapan peribahasa sebagai perumpamaannya. Berbicara tentang perceraian bisa
dikaitkan dengan daya tarik spontan. Jika Anda tertarik kepada seseorang hanya
karena kelembutannya, ketulusannya, karena simpatinya terhadap Anda, atau
karena menjaga perasaan maka hubungan itu tidak bisa bertahan lama. Hubungan
semacam itu tidak bisa langgeng, sebentar saja pasti akan hancur. Bahkan
seandainya pernikahan semacam itu sukses, maka pasangan Anda tidak bisa membaur
dengan persepsi-persepsi Anda yang paling dalam ketika Anda berdua saling
melihat pasangan sebagai manusia yang sebenarnya. Kelanggengan terlihat dari
bagaimana seseorang memperhatikan sikap dan ketulusan pasangannya. Selain itu
juga harus memperhatikan kesetiaannya terhadap nilai-nilai bersama. Dan harus
selalu sadar bahwa rasa tertarik, harus berasal dari kedua belah pihak, bukan
dari satu pihak saja.
Penyebab perceraian kebanyakan
terjadi karena didalamnya terselip berbagai persoalan rumah tangga yang tidak
menemukan akhir penyelesaiannya. Dibutuhkan kekompakkan antara keduanya dalam
menghadapi berbagai persoalan itu. Pengertian…itulah hal yang seharusnya bisa
mereka tanamkan, karena jika minimnya sikap saling perngertian keegoisan
memuncak. Jika keegoisan diiringi dengan kemarahan yang membara, perlu juga
kesabaran. Tidak diperkenankan keduanya saling mengadu amarahnya. Justru jika
misalnya istri lebih sensitif dengan menunjukkan kemarahannya, maka suami harus
lebih mampu meredam amarahnya. Sehingga konflik yang sedang terjadi tidak
semakin besar. Tidak menutup kemungkinan juga, konflik yang pada akhirnya
menimbulkan perceraian itu bisa terjadi karena adanya pihak ketiga yang dengan
sengaja menyebarkan kesalahpahaman diantara pasangan tersebut.
Memilih sisi positif berarti memilih
cara paling efektif dan efisien daladm hidup. Seharusnya pada kedalaman diri
kita, terdapat keseimbangan dua rasa yang saling berlawanan ketika hubungan
yang mesra itu berada dalam ujian. Pertama-tama memang sekelompok perasaan
tertentu yang mendominasi. Tetapi sekelompk rasa yang lainnya tidak lagnsung
mundur diri. Ia tetap ada walau terpaksa mundur dan sembunyi di pojok gelap
untuk menuggu kesempatan. Suami-istri menjalankan tugas dan peran masing-masing
dengan cepat. Keduanya akan merasa lemah ketika tidak bisa mencari jalan keluar
dari sisi-sisi negatif. Mereka merasa bahwa jiwanya adalah karikatur
kepribadiannya dalam kehidupan rumah tangga. Jika semua orang memikirkan apa
saja yang menyenangkan pasangannya lalu meninggalkan apa yang tidak mereka
senangi, tentu saja hubungan keluarga tidak akan hancur. Namun, berbeda jika
pasangan telah menemukan jalan keluar dari perosalan yang mereka hadapi. Mereka
akan cenderung introspeksi diri dengan perbuatan dan kesalahan-kesalahannya
sehingga menyadarkan dirinya bahwa masalah itu tidak sepenuhnya selesai dengan
kemarahan dan kesalahan satu pihak saja. Yang pada akhirnya pasangan yang telah
bercerai tersebut bisa memulai hidup yang baru dengan menikah kembali dengan
pasangannya.
Alternatif Selain Pernikahan
Mengapa ada pernikahan?…karena kita
ingin terikat dengan individu lain agar hidup kita lebih dalam dan bermakna
daripada cara hidup independen dan bebas yang pernah kita jalani. Namun ada
juga beberapa orang yang memutuskan untuk tidak memiliki pasangan. Mungkin
mereka beranggapan bahwa ketika kehidupan itu kita jalani dengan pasangan akan
terasa sulit karena menemukan berbagai persoalan yang nantinya kemungkinan bisa
saja kita hadapi. Akan tetapi hakikatnya menikah itu adalah ibadah. Hidup akan
lebih indah melalui segala bentuk kehidupan bersama pasangan. Seseorang yang
memutuskan untuk sendiri (single life) bisa saja disebabkan
karena traumatik tersendiri yang
pernah mereka rasakan sehingga membuatnya untuk tidak berani lagi memulai hidup
secara bersama. Pengalaman memang berperan penting dalam kelangsungan hidup
seseorang. Ia bisa mengubahnya menjadi lebih kuat namun tidak sedikit yang
lemah karenanya. Membuat seseorang takut memulai, namun juga menimbulkan arti
yang mendalam.
“Pernikahan yang sukses adalah
seperti tenunan dalam beludru kehidupan praktis. Seperti nada harmoni yang dipetik
hubungan realistis. Dan pernikahan yang sukses adalah hasil gabungan cinta,
penghormatan, kesetiaan, dan sikap saling mendukung”.
sumber:
No comments:
Post a Comment